Posted by : Zilian Zahra Selasa, 12 Juni 2012

Radar Pekalongan, 4 Juni 2012
Rosulullah saw bersabda:
“Tahukah kalian apakah ghibah itu?, para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih tahu” Lalu beliau melanjutkan “Yaitu kamu menyebut saudaramu dengan hal-hal yang ia tidak suka untuk disebut” lalu seseorang bertanya “ Bagaimana pendapatmu bila apa yang aku katakan itu ada pada diri saudaraku yang aku ceritakan? Beliau menjawab “ Bila apa yang kamu ceritakan itu ada pada diri saudaramu, maka kamu telah melakukan ghibah terhadapnya. Dan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada pada diri saudaramu, berarti kamu telah mengada-ada tentangnya (menfitnahnya)” (H.R Muslim]

Dan kalau kita lihat ghibah ini banyak macamnya, yaitu:

Ghibah tentang jasad seseorang, Ghibah tentang nasab seseorang , Ghibah tentang menganggap rendah pekerjaan seseorang (padahal halal dan dia tetap orang yang beriman), Ghibah tentang akhlaq seseorang, Ghibah tentang hal-hal yang terkait dengan persoalan agama seseorang, dan Ghibah berkaitan dengan yang dipakai seseorang.

Allah berfirman:

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (Q.S Al Israa[17]:36)

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. (malaikan Raqib dan Atid)” (Q.S Qaaf[50]:18)

Lebih spesifik lagi Allah Berfirman dalam Surat yang lain:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (Q.S Al Hujuraat[49]: 12)

Rasulullah SAW bersabda:

“Ketika saya di Mi’rajkan saya telah melihat suatu kaum yang berkuku tembaga digunakan untuk mencakar muka dan dada mereka sendiri, maka saya bertanya kepada Jibril: Siapakah mereka itu? Jawabnya: Mereka yang makan daging orang dan mencela kehormatan orang (yakni Ghibah)” (H.R Abu Dawud dari Anas ra.)

“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau (kalau tidak) hendaklah ia diam” (Mutafaq’alaih)

Orang yang bermuka dua, yang mengadu domba orang lain

Dari Abu Hurairah, ia berkata: “Nabi SAW berkata: Kelak dihari kiamat, disisi Allah, Engkau akan mendapati orang yang bermuka dua diantara orang-orang yang berbuat keji itu, yang mendatangi satu golongan orang dengan satu wajah dan mendatangi satu golongan yang lainnya dengan wajah yang lain pula” (HR Muslim dan Abu Dawud)

Dari beberapa dalil diatas jadi jelaslah bahwa aktivitas ghibah secara umum dilarang dalam Islam, dan hukumnya adalah Haram. Hal ini kita ketahui dari adanya celaan dan Ancaman Allah terhadap pelaku ghibah tersebut. Begitu juga halnya ketika kita hanya sebagai pendengar setia saja. Karena diamnya kita disitu berarti kita juga setuju dan mendukung akan aktivitas ghibah tersebut. Yang harus kita lakukan ketika kita tahu bahwasannya ghibah itu haram, seharusnya kita mengingatkan saudara kita yang sedang khilaf tersebut dan bukannnya malah nimbrung dan bikin suasana tambah panas .

Rasulullah bersabda:

“Barang siapa mencegah ghibah yang menyinggung kehormatan saudaranya, maka Allah akan membebaskannya dari neraka” (H.R Imam Ahmad)

“Barang siapa mencegah ghibah yang dilakukan oleh saudaranya, maka Allah akan mencegahnya dari neraka pada hari kiamat” (H.R At Tirmidzi)

Dan kalau memang Orang yang kita peringati tersebut tidak mau menerima, maka jangan segan-segan untuk meninggalkan forum tersebut. Allah SWT berfirman:

“Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu).” (Q.S Al An’am[6]: 68)

Seorang muslim dengan muslim yang lain diharuskan untuk saling tolong menolong dan menjauhi ghibah.
”Orang muslim itu saudara muslim lainnya, tidak mendzaliminya dan tidak membiarkannya. Dan barang siapa yang mencukupi kebutuhan saudaranya maka Allah akan mencukupkan kebutuhannya pula, dan barang siapa yang meringankan beban kesedihan orang muslim maka Allah akan meringankan beban kesedihannya dihari kiamat. Dan barang siapa menutupi (aib) seorang muslim maka Allah akan menutupinya (aibnya) kelak pada hari kiamat” (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, An-Nasay dan At-Tirmidzi) At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih.

TIPS cara menahan diri dari berbuat Ghibah:
1. Hendaklah orang yang melakukan Ghibah itu memperhatikan amal baiknya yang sedikit dan banyaknya perbuatan ghibah yang dilakukan, kalau tidak akhirnya dalam waktu yang dekat dia akan menajadi orang yang gagal.
2. Hendaklah ia memikirkan cacat yanga da pada dirinya sendiri. Jika sekiranya di dalam dirinya terdapat cacat, hendaklah ia sibuk memperbaiki diri sendiri tanpa memperhatikan cacat orang lain.
3. Jika ia pernah melakukan dosa walaupun dosa kecil, hendaklah ia menyadari bahwa kecelakaan dirinya sebab dosa kecil yang ia lakukan adalah lebih banyak daripada kejelekan dirinya sebab dosa besar yang dilakukan orang lain.
4. Jika ia merasa bahwa dirinya tidak mempunyai cacat, maka hendaklah ia tahu bahwa kebodohannya dalam mengetahui cacat dirinya sendiri itu, adalah merupakan cacat yang paling besar.
5. Jika manusia itu telah sepi daripada cacat dan benar-benar ia telah mensucikan dirinya dari cacat, hendaklah ia bersyukur kepada ALLAH SWT sebagai ganti dari perbuatan ghibah yang mungkin akan dilakukan.
6. Jika sekiranya lisannya terlanjur telah berbuat ghibah, sepantasnya ia segera minta ampun kepada ALLAH dan pergi ke rumah orang yang di ghibah dan berkata , "Aku telah menganiaya engkau dengan berbuat ghibah, maka maafkanlah aku", sehingga orang yang dighibah tadi mengahalalkan.
7. Jika sekiranya orang yang dighibah tadi menolak untuk memberikan maaf kepadanya, maka haruslah ia memperbanyak pujian, atau memuji orang yang di ghibah dan mendo'akan kepadanya serta berbuat amal-amal baik kepadanya. Sehingga nanti diakhirat apabila sebagian amal baiknya telah dipindahkan dalam catatan orang yang dianiaya, maka akan tertinggal baginya amal-amal baik yang cukup bagi dirinya sendiri.

One Response so far.

  1. Adang Muhammad says:

    #blogwalking siang menemkan artikel menarik... pembahasan Ghibah dan tipsnya yang bermanfaat.. 

    Salam bahagia

- Copyright © Catatan Zilian Zahra -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -