Archive for 2013
MATA RASAKU BERBICARA
"Kesetiaan itu sejengkal kesakitan yang menjamur, pengharapan tanpa ujung takdir. Ia tak terbatas waktu dan kepedihan masa. Namun hati tetap hati, perasaan tetap perasaan. Terkalahkan oleh lisan tak bertulang."Ketika film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck diputarkan, ada kesan indah yang menusuk rasaku. Mata memandang lekat, dan rasaku berbicara. Bukan hanya sekedar tontonan kisah cinta dalam hidup, namun balutan realita kehidupan dikemas rapi.
Mata menari-nari menatap keindahan alam yang disuguhkan, sebelahku berbisik "bikin rindu ke alam bebas". Ku jawab dengan senyuman. Sisi kedaerahan minang yang muncul sangat lekat. Seolah menjadi turis di nusantara sendiri. Aku terus menikmati di setiap lekuknya. Tokoh utama si "Zainuddin" yang kehilangan orangtuanya di usia belia membuat dirinya ketika beranjak dewasa ingin mencari keluarga ayahnya di Padang. Dengan alasan ingin mengenal tanah kelalhiran ayahnya dan ingin belajar agama, dia diijinkan tinggal di Desa Batipuh di Padang.
Hariku di Akademi Berbagi
Aku merasa menjadi orang yang beruntung, dapat kesempatan mengikuti
kelas di Akademi Berbagi (di twitter: @akberpekalongan). Minggu, 15
Desember 2013 menjadi sejarah satu tahun kelahiran Akber di Pekalongan
sekaligus kali pertama saya bergabung. Ya, Rumah Makan Pande Rasa yang
tak jauh dari tempat tinggalku menjadi tempat kegiatan tersebut. Baru
kali ini aku menemukan kegiatan pendidikan outdoor yang aku impikan di
Pekalongan.
Bertemu dengan orang-orang hebat di Pekalongan dan bersama mengembangkan kemampuan itu yang ku impikan sejak lama. Setelah aku move on dari kegelapan duniaku dan keluar dari zona keterkungkungan pemikiran. Rasanya sangat segar sekali, namun ternyata otakku belum pulih. Sehingga daya tangkapku terhadap apa yang disampaikan kurang sempurna. Tapi aku tetap berusaha agar bisa maksimal.
Di hari ulang tahun ini, kelas diberi judul "Kreativitas Menembus Batas" yang diisi oleh 2 orang fasilitator hebat. Fasilitator yang pertama Pak Asep dari Radar Pekalongan. Sebagai siswa yang baru masuk, mendengarkan dan memperhatikan dengan baik adalah kebutuhan. Aku perlu mengenal dan mempelajari alur yang ada agar enggak salah masuk. Rasanya seperti refresh ilmu, bareng Pak Asep aku diberi penguatan tentang pengenalan potensi diri dan pengoptimalisasiannya. What! praktiknya aku butuh waktu dan menyepi. Ini materi berat bro! dikemas dengan santai. Kesimpulan dari pembahasan Pak Asep yang disampaikan Mbak Moderator adalah "Lebih baik melakukan satu hal seribu kali daripada melakukan banyak hal sekali."
Sebelum lanjut ke sesi kedua, ada ice breaking yakni goyang caesar, tapi aku enggak ikut. Nerveous n gak pede banget. Padahal itu kan nggak boleh, tapi aku nekat.
Fasilitator kedua yakni dari owner "goedang kaos" Pekalongan, Mas Teguh. Bagiku, dia super sekali menceritakan proses kehidupan dia hingga sekarang seorang desainer ini mengelola "goedang kaos" dan "OMAHalit interior". Perjuangan yang hebat dan banyak trik yang diberikan mas Teguh dalam pembahasan Kreativitas Menembus Batas.
Di akhir, banyak bingkisan dan hadiah yang diberikan dari kelas ini. Yap! seperti kelas-kelas yang aku impikan ada di Kota Pekalongan dan sekarang ada. Wah, jadi gemes buat semakin belajar lagi.
Bagi teman-teman yang belum kenal dengan Akademi Berbagi di Pekalongan, silahkan follow twitternya @akberpekalongan atau bukan blognya di http://akberpekalongan.wordpress.com/
Bertemu dengan orang-orang hebat di Pekalongan dan bersama mengembangkan kemampuan itu yang ku impikan sejak lama. Setelah aku move on dari kegelapan duniaku dan keluar dari zona keterkungkungan pemikiran. Rasanya sangat segar sekali, namun ternyata otakku belum pulih. Sehingga daya tangkapku terhadap apa yang disampaikan kurang sempurna. Tapi aku tetap berusaha agar bisa maksimal.
Di hari ulang tahun ini, kelas diberi judul "Kreativitas Menembus Batas" yang diisi oleh 2 orang fasilitator hebat. Fasilitator yang pertama Pak Asep dari Radar Pekalongan. Sebagai siswa yang baru masuk, mendengarkan dan memperhatikan dengan baik adalah kebutuhan. Aku perlu mengenal dan mempelajari alur yang ada agar enggak salah masuk. Rasanya seperti refresh ilmu, bareng Pak Asep aku diberi penguatan tentang pengenalan potensi diri dan pengoptimalisasiannya. What! praktiknya aku butuh waktu dan menyepi. Ini materi berat bro! dikemas dengan santai. Kesimpulan dari pembahasan Pak Asep yang disampaikan Mbak Moderator adalah "Lebih baik melakukan satu hal seribu kali daripada melakukan banyak hal sekali."
Sebelum lanjut ke sesi kedua, ada ice breaking yakni goyang caesar, tapi aku enggak ikut. Nerveous n gak pede banget. Padahal itu kan nggak boleh, tapi aku nekat.
Fasilitator kedua yakni dari owner "goedang kaos" Pekalongan, Mas Teguh. Bagiku, dia super sekali menceritakan proses kehidupan dia hingga sekarang seorang desainer ini mengelola "goedang kaos" dan "OMAHalit interior". Perjuangan yang hebat dan banyak trik yang diberikan mas Teguh dalam pembahasan Kreativitas Menembus Batas.
Di akhir, banyak bingkisan dan hadiah yang diberikan dari kelas ini. Yap! seperti kelas-kelas yang aku impikan ada di Kota Pekalongan dan sekarang ada. Wah, jadi gemes buat semakin belajar lagi.
Bagi teman-teman yang belum kenal dengan Akademi Berbagi di Pekalongan, silahkan follow twitternya @akberpekalongan atau bukan blognya di http://akberpekalongan.wordpress.com/
DIRI INGIN TAPI TAK MUNGKIN
Aku mengenal Bloof dan
Bloofers... entah di bulan apa, yang jelas sudah bertemu dengan dua kali puasa. Awalnya baru seratus sekian sekarang anggota Bloof sudah di angka tigaribuan. Sayang sekali aku nggak intens ngikutin sejak dunia nyata menuntutku untuk fokus. Walaupun perayaan Idul Adha yang lalu sudah kurasakan nafas-nafas bersama
Bloofers... hingga pernah salah satu Bloofers (Mbak Pipi Fitriani) yang punya
saudara di daerahku dan berniat untuk ketemu. Allah berkehendak lain, kita
tidak dipertemukan. Karena waktu itu aku sedang tidak dirumah.
Seiring berjalannya waktu
kegiatan Kopdar seringkali dilakukan oleh Bloofers di berbagai daerah. Liur ini
menetes jika mendengarnya. Para Bloofers bertemu, berkumpul, dan saling
menjalin silaturahim. Diri ini rasanya ingin ikut gabung, entah dimanapun
berada.
Kota Pekalongan, tempat ku
dilahirkan dan dibesarkan merupakan daerah minoritas Bloofers. Jika harus ke
luar daerah yang jaraknya jauh, aku harus berpikir sebanyak mungkin dan
berusaha keras untuk menuju kesana. Yap! Aku mungkin adalah seorang yang telat. Hidup di daerah kecil dengan pendapatan yang dibawah rata-rata memang membuat aku harus menunggu hingga terkumpul sejumlah nominal. Namun, ketika sudah terkumpul, di Bloof sudah rame yang lain. Huft... ketinggalan dwech... :(
Diri ini ingin, tapi tak mungkin. Kaos ini, entah akhirnya bagaimana... bagiku lebih baik enggak nyimak daripada nyimak jadi galau.
Kaos Jabodetabek ini... bikin aku iri... aku yang notabene suka warna ungu jadi demen (ketika itu) mandeng gambar ini. hehehe...
"Jumper" ini... aku suka gambar belakangnya, walau dengan warnanya aku ngerasa biasa saja. ehehehe...
Inilah indah dan semaraknya Bloof... all about Bloof tersaji... sampai Mug, pin, dan ganci... bisa-bisa esok daypack dan ransel juga made in Bloof... hihihi...
Hadirnya buku karya Bloof juga kulewatkan, aku merasa masih banyak tulisan yang jelek. Baik kusimpan saja tulisan jelekku. Daripada malu-maluin,, hehe...
Motivasi terbesarku kembali menuliskan tentang Bloof dan Bloofers adalah, Aku rindu semuanya. Walau diri ini ingin tapi tak mungkin. Aki Todi yang suka aku rebut sarungnya kalo lagi ngeronda (Upz!), Onii-Can yang suka aku gangguin, Pak Ridwan Purnomo yang demen nulis, Mbak Rumi yang tak pernah lelah kasih aku motivasi, Mbak Nick dan kawan-kawan lain yang aku lewatkan hari pernikahannya yang istimewa, Yuni yang (kadang-kadang) masih suka kusapa. dannn.... Argh! Semuanya... udah ah,, Nothing is impossible for me! (ZZ)
Diri ini ingin, tapi tak mungkin. Kaos ini, entah akhirnya bagaimana... bagiku lebih baik enggak nyimak daripada nyimak jadi galau.
Kaos Jabodetabek ini... bikin aku iri... aku yang notabene suka warna ungu jadi demen (ketika itu) mandeng gambar ini. hehehe...
"Jumper" ini... aku suka gambar belakangnya, walau dengan warnanya aku ngerasa biasa saja. ehehehe...
Inilah indah dan semaraknya Bloof... all about Bloof tersaji... sampai Mug, pin, dan ganci... bisa-bisa esok daypack dan ransel juga made in Bloof... hihihi...
Hadirnya buku karya Bloof juga kulewatkan, aku merasa masih banyak tulisan yang jelek. Baik kusimpan saja tulisan jelekku. Daripada malu-maluin,, hehe...
Motivasi terbesarku kembali menuliskan tentang Bloof dan Bloofers adalah, Aku rindu semuanya. Walau diri ini ingin tapi tak mungkin. Aki Todi yang suka aku rebut sarungnya kalo lagi ngeronda (Upz!), Onii-Can yang suka aku gangguin, Pak Ridwan Purnomo yang demen nulis, Mbak Rumi yang tak pernah lelah kasih aku motivasi, Mbak Nick dan kawan-kawan lain yang aku lewatkan hari pernikahannya yang istimewa, Yuni yang (kadang-kadang) masih suka kusapa. dannn.... Argh! Semuanya... udah ah,, Nothing is impossible for me! (ZZ)
SABTU MALAM, KALA ITU
Hai! ini Sabtu malam bukan? Apakah kau mengingatnya?
Ketika kau genggam tanganku, seolah tak ingin ku pergi jauh darimu.
Wajahmu berseri, ketika aku batal untuk pergi malam itu.
Kau juga memelukku malam itu.
Disaksikan bulan yang malu-malu, juga sofa hitam di depan kamarku.
Dudukmu tak berjarak denganku.
Hey, kita menghabiskan malam bersama.
Argh! aku pikir ini hanya lelucon kita.
Yang diam-diam menjadi sebuah rasa yang nyata.
Katamu kau sayang aku, kau cium keningku sebagai bukti.
Lalu kau katakan "jika aku mencium bibirmu, itu baru nafsu".
Tak ragu, kau lelaki pandai berkata. Aku suka rayumu.
Berapa kali kau luncurkan ciumanmu ke mukaku, kecuali bibir.
Namun aku berhasil berkilah. Hahaha!
Kenapa kau tak henti-hentinya mencari celah untuk dapat menciumku?
Memelukku juga berbicara tentang kita.
Aku suka kau,
Kau lelaki normal. Aku tidak akan melarangmu berbuat sesuatu
yang kau anggap itu bukti sayangmu padaku.
Tapi aku heran, bukankah kita tidak pernah dekat?
Akupun tidak pernah menunjukkan gaya erotisku di depanmu.
Ah kau lelaki aneh!
Kau baru mengenalku, itupun di sela-sela istirahatmu.
Mengapa kau bisa berkata sayang kepadaku?
Apa kau pikir aku pelacur? Sehingga dengan dalih tanpa nafsu kau menjamahku.
Argh... kadang emosiku tidak terkontrol begini.
Tidak! aku yakin kau tulus. Lewat rasa yang pertama.
Upz... kau juga bilang aku wanita aneh.
Mudah tidur dimanapun, tempat terbuka sekalipun.
CERIA BERSAMA PMR SMP 2 PURBALINGGA
Kamis, 6 Juni 2013. Aku pikir akan berhenti sampai SMP Istiqomah Sambas, ternyata mendapat kesempatan lagi bertemu dengan anak-anak PMR yang kreatif. SMP 2 Purbalingga, sekolah yang tidak jauh dari Markas PMI Kab. Purbalingga membuat aku banyak belajar tentang PMR. Ada hal yang membuat aku merasa harus belajar lebih giat lagi, belajar tentang banyak hal yang seharusnya sudah aku pelajari sejak lama, namun karena lama pula tidak aku pelajari, sehingga lupa datang menyergap.
Aku menuju SMP 2 Pbg dengan Agus, apa yang ada di sana membuat aku minder dengan kemampuanku. kemampuan minimal di PMI yang aku punya tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka untuk persiapan Jumbara PMI Kab. Purbalingga. Pada LCT, aku tidak menguasai pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul pada LCT. Untung saja Mela, Indri, dan Siska anak yang istimewa. Mereka mau belajar walaupun sudah aku persilahkan untuk istirahat.
Anak hebat lagi aku temui pada diri Dede dan Syam, mereka mudah memahami setiap apa yang sudah pernah disampaikan. Mereka juga mau terbuka mengenai kekurangan mereka, dan tidak malu.
Pengalaman singkat ini, aku mendapat kesempatan juga untuk mengenal sekolah walaupun hanya sebentar.
TOURING 'de PURBALINGGA
Disela-sela banyaknya aktivitas, sebenarnya hari ini aku bisa mengajak teman-teman Dewan Kerja untuk mengadakan kegiatan. Tapi aku juga butuh penyegaran. Ya harus kusadari, aku belum jadi manusia hebat. Meninggalkan pesan pada Nadiya dan Arga untuk mempersiapkan diri lomba KKR, aku mampir bengkel mbenerin lampu motor yang mati. Ganti ciprok lah satu-satunya jalan. Duit di dompet seadanya yang penting niat "Bismillah" aku pengen penyegaran. Selesai semua itu, melewati jalan yang kadang ketemu dengan yang halus, ketemu dengan yang terjal dan ketemu juga dengan jalan yang sedang dibenerin. Jadi lumayan ketemu jalan macet.
Aku tidak sendiri, 'si merah' menemaniku. Rabu, 5 Juni 2013. Perjalanan yang membuatku merenung. Aspal yang rusak ringan hingga parah, kenapa tidak diperbaiki sejak ringan? menunggu parah dulu? yang sedang malahan hanya ditutup ala kadarnya. Salah satu yang membuat aku merenung adalah kenapa harus nunggu parah dulu baru diperbaiki? Aku ingat pesan dari ex. Kepala Sekolah SD Sapuro 2, Ibu Siti Suhariyah, S.Pd. "Kalau ada kerusakan sedikit dengan bangunan ini, segera perbaiki. Jangan menunggu sampai parah." Beliau menggunakan prinsip agar bangunan dapat digunakan dalam jangka waktu lama, seperti orang jaman dulu, berpikir bahwa kebaikan harus diwariskan, bangunan rumah sendiri harus bisa bertahan sampai anak cucu. Oleh karena bahan baku sekarang tidak seperti bahan baku yang dulu, jadi untuk menjaga keawetannya dengan perawatan yang rutin dan baik. Namun kenyataan, hal ini tidak berlaku untuk jalan umum.
Selanjutnya, aku merenungi daerah-daerah yang aku lewati, banyak daerah wisata dan masyarakatnya (mungkin) kreatif untuk membuat berbagai inovasi. Seperti Desa Wisata Owabong. Walau bagiku hanya sederhana, tapi memunculkan ciri khas daerah adalah indah, apalagi ketemu dengan tugu nanas... sepertinya masyarakat sekitar bersungguh-sungguh dalam bertani dan menghasilkan.
ooohhh.... indahnya alam di pedesaan...
Rasanya jika jalannya lurus pengen lepas setang dan tangan aku lapangkan, biar bisa triak puas. Tapi nggak mungkin. Jalan penghubung antara jalur utara dan jalur selatan ini sekarang rame.
"This is it" kaya cheff cantik di tipi itu... urat dan telur puyuh gabung jadi satu tapi rasanya tetap maknyusss... |
Sembari sms mbak Yanu, ternyata dia sudah berada di tempat simulasi latihan. Emang niatnya aku pengen lihat pemaksimalan latihan di Purbalingga. hehe... Aku dikasih petunjuk arah Dinas Perikanan, tapi nggak nemu. Sampai di tugu knalpot terus ke kanan, sampai di depan pegadaian aku berhenti. Telpon Mbak Yanu, ternyata aku kejauhan. Aku balik lagi, ternyata aku kebablasan salah jalan lagi. Then, Mbak Yanu jemput aku di tugu knalpot. Sampailah di sekolah yang berada di dalam komplek yang luas dan aku mencium hawa indah disana.
SMP Istiqomah Sambas tujuannya. Sekolah yang bernuansa Islam namun tetap nasionalis. Perempuan terpisah dengan laki-laki. Tapi demi prestasi dalam kegiatan ini, walau pisah mereka tetap ada kerjasama.
Mba Yanu mengajak anak-anak dari SMK 2 Purbalingga, aku sangat senang melihat pembina PMR karena sangat menerima dan terbuka untuk belajar bersama walau tanpa surat resmi.
Beberapa aktivitas yang sempat aku abadikan. Kegiatan simulasi kepemimpinan. |
Waktu Ashar datang, mereka yang tidak berkegiatan spontan untuk mengambil air wudlu dan sholat, kemudian disusul yang lain hingga acara ditunda sebentar untuk sholat bersama. Semuanya dijamu tuan rumah dengan istimewa.
Jam 17.00 kegiatan diakhiri. Antara SMP Istiqomah Sambas dan SMK 2 Purbalingga telah terjalin keakraban, walaupun dalam Jumbara Purbalingga mereka punya tujuan berbeda, mereka tetap menjaga sportifitas.
Pulang dari SMP IS, aku diajak Mbak Yanu ke Basecamp Gerindra, kemudian aku diantar ke Markas PMI Kab. Purbalingga. Wewww... rame,, ketemu komandan KSR PMI Kab. Purbalingga juga.
"Kalo mampir ke Purbalingga belum afdhol kalo nggak mampir di 'ngupi-ngupi" kata Komandan. Ternyata cafe milik salah satu anggota KSR, namanya Mas Lantip.
Inilah suguhannya, satu setengah mie jadi semangkuk. Sambutan yang istimewa tapi bener-bener gila deh. porsi besar. Ternyata selain aku, tamu malahan disuguh 2 Mangkuk. xixixi |
Demikian perjalananku Hari Rabu sampai ke Purbalingga. Persahabatan memang indah, tak dapat dilukiskan satu persatu rasa yang terlukis dalam indahnya bersama teman-teman PMI. Just Touring, always Happy..... (zz)
TIGA UNTUK TIGA PERBAIKAN
Sejak kemarin, tim Jawa Tengah
masih berjumlah 44 orang. Hari ketiga ini, Rabu, 10 April 2013 lengkaplah sudah
tim kita menjadi 45 orang. Kehadiran Abdul Havid Zainuri perwakilan dari PMI Kab.
Brebes sudah dapat hadir bergabung bersama kami. Sambutan perkenalan pada
peserta lain mendapat sambutan baik dari peserta lain. Di awali oleh Mas Huda, beberapa
peserta yang terlambat menyanyikan lagu “Balonku” dengan nada “Syukur”. Kemudia
Mas Huda mengarahkan kita agar siap untuk melaksanakan kegiatan pada hari ini.
Oleh karena adanya peserta yang
terlambat pada waktu istirahat panjang, Mas Huda memberikan inisiatif untuk
melakukan makan bersama setiap waktunya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir
keterlambatan peserta. Sebagai poin pertama dari tiga perbaikan untuk kegiatan
ini.
“Teman-teman jika ada dua teman
kita (Sofi dan Widya) tidak ada bersama kita harap maklum karena dua peserta
tersebut mempunyai tugas khusus, yakni magang di dapur umum.” Poin kedua yang
disampaikan Mas Huda untuk perbaikan kegiatan ini. Ya, Sofi dan Widya
dipersiapkan untuk kegiatan Perkampungan Darurat dan Dapur Umum pada TKRN V
mendatang.
HARI KEDUA HARI SEMANGAT
Sambiroto, 9 April 2013. Karantina
hari kedua. Peserta telah siap di lapangan pukul 05.00 wib untuk melaksanakan
senam pagi. Dengan instruktur dari perwakilan peserta, senam pagi dilakukan
bersama di depan gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah. Sebagai pelopor
semangat, dr. Bimo masih menjadi penyemangat di hari kedua ini. Bahkan ada
peserta yang siap menjadi instruktur poco-poco untuk mengisi waktu senam.
Selesai senam, peserta diajak
untuk latihan defile. Defile ditata sesuai dengan rencana semalam. Barisan
pertama memerankan Prabu Kresna dan istrinya, Dewi Jembawati. Barisan kedua
seorang peserta memerankan Bapak Henry Dunant, Barisan ketiga lima orang putri
yang menggunakan kostum Batik carnival. Barisan keempat memerankan sebagai
topeng ireng sejumlah 4 orang peserta. Barisan kelima, empat orang membawa
bendera panji-panji. Barisan keenam terdapat enam orang peserta yang memainkan
alat musik sebagai pengiring. Sisa dari sejumlah total 45 peserta yang tidak
mempunyai peran menggunakan seragam relawan resmi dengan memakai identitas
batik di pinggangnya.
Meskipun semua masih belum
menggunakan kostum atau alat, peserta semangat dan antusias untuk latihan
defile. “Dalam defile ini, menampilkan ciri khas Jawa Tengah. Tidak hanya
menggunakan pakaian resmi saja. Hal ini dimaksudkan agar Kontingen Jawa Tengah
menjadi pusat perhatian dari Kontingen lain” harapan dari pencetus, dr. Bimo di
tengah candanya yang tetap terlihat serius.
Selesai sarapan, Mas Huda (biasa
disapa juga dengan Mas Hoek) mengawali masuk ruangan dengan permainan kecil. Dua
permainan kecil: (1) mengganti urutan tempat duduk sesuai dengan tanggal dan
bulan lahir; (2) apa yang diucapkan dipegang. Permainan ini dilakukan dengan
mengikuti perintah dari Mas Huda untuk memegang apa yang dia ucapkan di sekitar
wajah kemudian merubahnya sesuai dengan instruksi. Hasil yang diharapkan,
peserta mampu berkomunikasi dengan baik dengan peserta lain, disiplin, rela,
tidak egois, melatih konsentrasi, koordinasi dan ingatan yang muaranya adalah
untuk merubah kebiasaan agar dalam kegiatannya nanti peserta dapat berinteraksi
baik dengan yang lain salam satu kontingen.
“Jangan lupa jam harus disamakan
dengan ruangan dan membiasakan diri memakai tanda pengenal” Pesan yang harus
diingat oleh peserta dari Mas Huda selaku panitia bagian kedisiplinan.
Pagi ini ada 5 peserta yang
terlambat, sebelum dipersilahkan duduk mereka bersama diwajibkan untuk menyanyi
di depan. Setelah semua duduk, Mas Edi tampil dengan mebagikan kertas kosong
untuk diisi dengan beberapa jawaban dari pertanyaan yang disampaikan Mas Edi. Kemudian
dibagi menjadi 6 kelompok untuk didiskusikan. Semangat peserta semakin tampak
ketika hasil diskusi disampaikan di depan, pertanyaan seputar kepalangmerahan
mendapat respon dari seluruh peserta.
Selesai melaksanakan semua itu,
waktunya panitia mengumumkan pembagian kegiatan. Setelah terbagi, peserta
menuju ke masing-masing pendamping untuk mengikuti pendalaman materi. (ZZ)
PESIMIS IS ME #2
Yap! Hari kedua ini berjalan dengan
PESIMIS (lagi). Selasa, 9 April 2013. Aku menyadari banyak kekuranganku, bahkan jika bisa, aku akan
mengakhiri semuanya pada hari ini. apalah arti aku disini jika tidak mampu
melakukan apapun?
Pagi ini aku sudah cukup optimis
untuk diikutkan menjadi tim peserta lomba. Ketika pengumuman dilaksanakan, aku
merasa out of qualification. Saat itu
juga wajah kulipat, hanya mampu berteriak dalam hati, AKU MEMANG KURANG! AKU
MEMANG KURANG! AKU MEMANG KURANG!
Keistimewaan tak ku rasa dalam
diriku, ingin sekali pergi, hilang dan lenyap. Apa dayaku. Aku tak mampu. Ketika
aku semakin terpuruk, aku semakin tahu bahwa aku tak mampu, aku yakin PESIMIS
IS ME. Hari kedua masih pesimis.
Posted by Zilian Zahra
ADA KEAKRABAN DI MALAM PERTAMA (8/4/2013)
Kami, dari berbagai daerah
berkumpul membentuk keakraban. Dr. Bimo lah provokatornya. Tidak terasa begitu
cepat keakraban ini terjalin. Hanya dengan permainan kertas berwarna dan nyanyi
bersama. Saling sapa walau kadang tidak ingat nama, belajar, bermain bersama.
Sepertinya ini harapan dari semua pelatih kontingen. Ya! Kami disiapkan untuk
mengikuti TKRN V yang akan diselenggarakan di Selorejo, Malang Jatim. 23-30
Juni 2013.
Dengan canda dan kocaknya dr.
Bimo mampu mengantarkan peserta untuk berpikir cepat, tanggap, dan siap sedia.
Gayanya yang nyeleneh membuat peserta tertawa dan menyahut. Riwayat beliau di
Palang Merah Indonesia ternyata tidak diragukan lagi. Dari Jumbara dan Temu
Karya tahun ke tahun, beliau adalah salah satu yang mengantarkan kepada
kesuksesan sehingga PMI Provinsi Jawa Tengah mendapatkan prestasi yang
memuaskan.
“dr. Bimo itu GURU dari masa ke
masa. waGU tur saRU” canda tawa dari Pak Sasongko, Ketua PMI Provinsi Jawa
Tengah ketika pembukaan kegiatan ini. “Harapannya untuk kegiatan ini, Jawa
Tengah mampu mendapatkan prestasi. Juara 1 adalah hal biasa bagi Jawa Tengah,
tapi tidak menutup kemungkinan kita meraihnya kembali.” Lanjut Pak Sas.
dr. Bimo sendiri yang sekarang
minta dipanggil Eyang Subur daripada Eyang Kakung mengharapkan dalam gelak
candanya sempat nyeletuk bahwa kita harus bisa mengecewakan. Mengecewakan
kontingen lain dengan prestasi kita.
Sambutan istimewa juga dari para
pelatih yang berjumlah 17 orang, yakni Mbak Wuri, Mbak Ute, Mbak Ifah, dr.
Iswara, Mbak Wiwik, Mas Danang, Mas Budi, Mas Nashir, Mas Handoko, dan Mbak
Rinut dari unsur PMI Provinsi Jateng, Mas Edi dari banjarnegara, Mas Yoyok dari
Purworejo, Mbak Martini dari Wonogiri, Mbak Nung dari Salatiga, Mas Wanto dari
Surakarta, Mas Hoek dari Demak dan Mas Tito dari Semarang. Mereka
memperkenalkan diri dengan gaya akrabnya. Sehingga bagi peserta mudah dan cepat
untuk dapat berbaur dengan pelatih.
Posted by Zilian Zahra
PESIMIS IS ME #1
Sambiroto, 8 April 2013.
Untuk yang kelima kalinya aku
menginjakkan kaki di tanah ini. Kawah Candradimuka. Ya, mudah kuucap. Karena
disini tempat aku mendapatkan pengalaman banyak hal tentang PMI. Sekarang, aku
disini mengikuti kegiatan Pemusatan Latihan Kontingen PMI Provinsi Jawa Tengah
dalam Temu Karya Nasional V dari 8-13 April 2013.
Hari pertama, Semarang cukup
indah untuk kukunjungi. Si Merah menjadi teman setia perjalanan. Menyapa
teman-teman yang sudah banyak yang tidak asing bagi penglihatanku. Sebagian ada
pula yang belum kukenali. Aku yakin semua orang hebat, semua orang-orang
pilihan yang dikirim untuk mewakili daerahnya.
AKU??? Pertanyaan besar melanda
otak dan hatiku. PESIMIS! Itu yang menempel pada diriku sejak dua hari sebelum
aku hadir disini. Aku ngerasa tak ada yang mampu aku penuhi dalam kriteria ini.
Terbukti! Kepalangmerahan hanya beberapa yang bisa aku jawab. Best Practise >_< apa ituwh???
Untung aku tesnya bareng sama Ocha, KSR dari PMI Kab. Banyumas. PPP... oh my God aku baru denger dan tahu.
Och,,, kepanjangannya lupa L. Manajemen Bencana, ada dua pos yang harus aku
lewati. Walhasil, aku nyerah dan pasrah. Lanjut ke KBBM Pertama, aku berusaha
semakin jujur. Aku belum tahu. PP akrab sebutan dari Pertolongan Pertama dan PK
atau Pertolongan Keluarga, Ambulans??? Ahhh! Apakah aku ini menjadi orang yang
kurang beruntung? Dan KPPBM pun nggak jauh beda. Juga Promosi Kesehatan dan
Watsan. Apa yang aku katakan, terbukti ya terbukti.
Rasanya pengin mundur, aku pengin
pulang. Tapi teman-teman menguatkan semangatku! Aku tidak boleh pesimis! Aku
harus optimis. Karena semua ini bukan hanya untuk aku, tapi untuk PMI Kota
Pekalongan. Aku harus menciptakan citra baik PMI Kota Pekalongan, tapi ini yang
ku mampu. Belum belajar? Iya. Apakah tidak ada waktu untuk belajar? Tidak.
Kenapa? Banyak sekali yang harus aku kerjakan dan fikirkan hingga tidak
kusediakan rongga untuk belajar.
Aku sadar, ini hanya
permulaan. Sungguh-sungguh yang aku inginkan. Sekali lagi PESIMIS is ME. But,
untuk PMI Kota Pekalongan OPTIMIS will be right. Hari Pertama terselesaikan
dengan indah. Aktivitas baru dan apapun yang baru kutemui. Untukku semangat
harus ada. (Zilian Zahra)
Posted by Zilian Zahra
SENJA PERPISAHAN ITU
by. Zilian Zahra
“Sudah kangen-kangenannya?” lima belas Desember
dua ribu sebelas kali pertama sebelum perkenalan kata itu muncul. Sosok cantik
itu seperti tidak rela pertemuan ini terjadi. Seolah dia takut aku merebutmu
dari pelukannya. Saat itu, tangan menjabat acuh padaku, sosok cantik
disebelahmu menampakkan mata api.
Hanya pertemuan sesaat lalu, diantara mobil
dan deretan motor yang terparkir rapi. Penjual-penjual menyambut hangat lalu. Diantara
mereka, orang lalu lalang, bersandar, berkerumun. Aku, dia dan perempuan itu
berjalan. Dalam hati rindu memburu dan terobati
“Aku tidak akan merebut milikmu, aku
hanya mengakhirkan rindu.” bisikku dalam hati.
Tak banyak yang kulakukan, sejenak
berhenti, membasahi kerongkongan kering. Aku bergumul dalam waktu. Menikmati segelas
jus tomat pelepas perih. Aku melihatmu asik mesra dengannya. Aku cemburu, namun
aku berhasil menyembunyikannya. Tarian dan nyanyian iringi duka perpisahan,
menghiburku.
“Aku ingin melihatmu di pelaminan” itu
kata terakhirmu untukku. Entah apa yang ada di benakmu. Aku menginginkanmu,
bukan berarti aku harus mendapatkanmu. Tapi cinta ini ada untukmu. Perpisahan ini
kujadikan prasasti di antara bilik-bilik kerinduan yang harus kubuang lepas
jauh. Aku tak inginkan perpisahan ini, namun aku tak dapat mengelak kehendak. Aku
pasrah, aku rela dalam senja yang menutup pertemuan kita.
Kita berlari, mengejar waktu yang akan
tertutup, habis termakan keegoan kita sendiri. Mungkin selamanya kita tidak
akan bisa bersama, selamanya waktu mengutuk kita untuk berpisah. Kita masih
saja berlari melewati kepulan asap rokok yang mengaburkan senyum kita. Gadis cantik
yang manja bersamamu, tak pernah mau lepas dari pelukmu.
KAU KINI (HILANG) DALAM KENANGAN
By : Zilian Zahra
Siapa lagi yang mau mengais
sampah sepertiku? Jika dia tahu, aku tidak hanya sampah yang telah terbuang.
Aku lebih dari itu, hanya saja banyak orang yang tidak mengerti. Kecuali KAU!
Setelah Tuhan, kau tahu semua tentang aku. Terlebih tentang kondisi perutku
yang semakin membuncit. Aku tidak menyalahkanmu, tidak pula aku menuntut
tanggungjawab darimu. Hanya saja aku ingin kau yang menemaniku. Ketika proses
pembedahan akan dimulai hingga akhir usiaku. Karena aku yakin, kau mampu
mengertiku. Tuhan yang telah mengirimmu untuk merawatku. Tumor ini hanya ujian
Tuhan, seberapa kuat aku tanpamu.
Melihat rautmu, sepertinya kau
keberatan menerima permintaanku. Ya, aku tahu kau juga ingin hidup bahagia
dengan lelaki sehat, tidak sepertiku. Namun berilah aku kesempatan untuk
bahagia. Kau pun tahu, jika aku meminta hal ini kepadanya, dia pasti akan
setuju. Dan dia akan rela menghabiskan sisa umurnya untukku. Tetapi, apakah dia
akan bisa sepertimu? Kau bilang ini takdir, dan hidupmu adalah pilihanmu. Aku tidak
menyalahkan jika memang permintaanku terlalu berat untukmu. Banyak kisah yang
telah kita rajut bersama.
Masih ingatkah setiap pertemuan
kita? Kau tertawa gembira menyambutku. Kita saling berpeluk mesra. Kukecup keningmu
dan kau membalasnya, di taman bunga kota kita.
“Apa kau tak pernah bosan
merindukanku setiap hari?” wajahmu manja menanyakan hal ini.
Kujawab “Aku akan bosan
merindukanmu esok hari” kulihat kau mengernyitkan dahi, entah apa yang membuatmu
demikian.
Waktu terus berjalan, pertanyaan
yang sama selalu kau lontarkan ketika aku berkata kangen padamu. Kau tahu? Aku mencintaimu
seperti aku merawat kuku. Jadi jangan pernah khawatir aku meninggalkanmu. Namun
keadaan telah berubah.
“Maaf aku ingin pergi darimu”
Duar!!! Serasa petir menyambar, tiba-tiba kau ucapkan itu.
“Kenapa? Adakah yang keliru dalam
hubungan kita?”
“Aku sudah tidak mampu lagi
bersamamu”
“Apa yang membuatmu tidak mampu,
bukankah kau inginkan aku tidak mundur? Tapi kenapa kau yang mundur?”
“Mundur bukan berarti kau hilang semangat,
ada makna lain yang lebih dalam dari itu”
Aku hilang arah, aku hilang
semangat. Kau katakan hal itu ketika aku tak seperti dulu lagi. Aku mengidap
penyakit. Aku tampak tua karena perut buncit ini.
Argh! Masih saja kuingat keindahan
bersamamu. Ketika perutku mulai buncit, kau pikir ini karena cacing dalam
perutku semakin banyak. Kau belikan aku obat cacing, tak ada perubahan. Tiap hari
saat kita bertemu, kau yang mengoleskan minyak untuk perutku. Berharap lekas
sembuh. Masih ada canda tawa menyertai. Sesekali kau bercerita tentang hal yang
konyol, aku tidak tertawa, kau marah lalu menciumku.
Semakin besar perut ini, semakin
besar pula ketidakhadiranmu disisiku. Kau bilang sibuk, banyak yang harus
dikerjakan. Aku memaklumi, apalagi saat kamar serba putih jadi tempat tidurku. Pernah
sekali kau datang membawakan bunga dan meninggalkan ciuman. Ternyata itu saat
terakhirku bertemu denganmu. Kau inginkan perpisahan ini terjadi. Apa yang kini
kurasakan, tak ada yang pergi lalu datang lagi, tak kudengar bibir manismu
menyanyi lagu-lagu kemesraan kita. Tak kurasa
lagi hangat peluk disini, tak ku dapat lagi belai kasih disini. Waktu terus
berlalu membawa diriku dalam suka dalam duka menangis dan tertawa, tak ku
dengar lagi suara tawa disini. Jauh sudah dari semua tentangmu. Ada bagian yang
hilang dalam hidupku.
sumber : Internet |
AKU INGIN KEMBALI
Aku harus kembali, sungguh aku
harus kembali. aku tidak ingin merasakan duka yang mendalam. Apsara telah
memabukkanku, dia tidak memandang lagi asalku tak berpunya. Kesadaranku masih
mampu tergoyah, jika masih kunaungi istana ini.
“Duhai Amerta, apakah kau tega
meninggalkanku di belantara ini? kau sendiri telah mengetahui perihal hatiku,
perihal cintaku padamu. Masihkah kau ingin kembali ke asalmu? Kumohon, jangan
tinggalkan aku.” Bentangan telaga menjadi saksi ucapmu padaku. Tangisnya pecah,
jemari halusnya menggenggam tanganku. Erat, sepertinya tak ingin lepas.
“Lihatlah rupaku, wahai Bidadari.
Lusuh, kumal, dan bauku tak sesedap baumu. Maafkan aku yang tak mungkin
bersanding denganmu. Aku yakin, masih ada Amerta lain yang lebih beruntung
dariku. Sehingga celaan tak akan pernah datang kepadamu, Apsara.” Aku beranjak,
berharap Apsara merelakan kepergianku. Aku sudah ingin kembali.
“Aku telah memilihmu, Amerta.”
Dia mengejarku, menutup jalan kepergianku. Kedua tangannya dilapangkan.
Tangisnya kian deras, menghitamkan langit waktu sore. Tak lama kemudian, petir
menggelegar disertai hujan deras. “Aku telah memilihmu, Amerta. Bukan Amerta
lain ataupun setingkat Dewangga. Jika kulihat rupamu, semua hanya penghias
raga. Bukankah hal itu fana? Aku memilihmu karena hatimu. Jadi kumohon, jangan
tinggalkan aku.”
“Apsara, lepaskan pelukanmu! Aku
tak ingin ada satupun kotoran padamu. Aku memang Amerta, tapi aku bukan dari
golongan terhormat sepertimu. Aku hanya pelayan istanamu dan kulakukan semua
ini karena aku dibayar. Ijinkan aku pergi, jika semakin lama aku disini,
semakin membuatmu melakukan hal yang tak pantas dilakukan seorang bidadari.”
“Cintaku tak memandang kasta,
Amerta. Aku tidak mau melepaskan pelukanku. Aku hangat bersamamu. Bayaran itu
hakmu, namun mencintaimu juga hakku.”
“Tidak, Apsara. Aku tidak
melarang kau mencintaiku, tapi bukan seperti ini caranya kau mencintaiku. Cukup
senyum dan tutur kata lembutmu sebagai bukti cintamu padaku. Hujan semakin
deras, pulanglah ke istanamu.”
“Aku akan pulang ke istana
bersamamu.” Keinginannya bulat, tak mudah tergoyah.
“Maafkan aku, Apsara. Aku sudah
tidak bekerja di istanamu lagi. Aku harus kembali ke asalku.”
“Jika begitu, aku turut
denganmu.” Apsara melepaskan pelukannya dan menggandeng tanganku. Dia berjalan
ke arah kembaliku.
“Jangan, Apsara. Aku tak mau
Ayahmu murka. Kembalilah, aku yakin orang istanamu pasti mencarimu.” Aku
menghentikan langkahku. Dia pun ikut berhenti. “Baiklah, aku akan kembali ke
istanamu.” Kuhela nafas berat dan berjalan kembali ke istana.
***
“Aku yang meminta turut
dengannya, Ayah. Jangan salahkan dia.” Apsara bersimpuh di kaki Ayahnya.
Tangisnya masih bersisa, dia benar-benar bermohon.
“Anakku, Apsara. Kau tahu siapa
dia? Adakah yang lebih baik kau cinta selain dia? Jika tidak, kau kuijinkan
turut dengannya.”
“Terimakasih, Ayah.”
BALADA CINTA
sumber : internet |
Semburat cahaya di antara kemukus awan
Tanpa suara tanpa airmata menerjang kuasa
Badai perenggut sukma menari bangga
Gerhana benua bersanding gempa
Dongeng cinta menjelajah rela
Duka nestapa tampak oleh mata
Walau jauh tak terhitung masa
Tetap bertahan untuk yang tercinta
Edelweis penebus kata peneman cerita
Melatunkan nada kasih untuk yang tak setia
Kini tinggallah sisa-sisa peluh
Bersama senyum yang kian menjingga
ZZ - April 2012
Ketika Persahabatan Nyata
“Tinggalkan aku, Lin.”
“Gila lu ya? Sampai kapanpun gue
nggak akan ninggalin elu”
“Ta ta tapi kamu tahu penyakitku
sekarang kan? Aku takut kamu tertular dengan penyakitku.”
“Gue tetep nggak akan ninggalin
elu, Fer. Sama persis saat elu nemenin gue sembuh dari kecanduan.”
“Sudahlah, Lin. Jangan
ingat-ingat lagi hal itu. Penyakitmu bisa sembuh, tapi dokter menvonis kalo
umurku sudah nggak lama lagi.”
“Fer! Pandang gue”
“Jangan dekati aku, Lin”
“Pandang mata gue! Apapun yang
elu rasain, elu kudu semangat buat sembuh. Gue nggak ingin hidup lu sia-sia”
“Aku nggak kuat, Lin. Virus ini
sudah bersarang di tubuhku.”
“Gue yakin elu pasti kuat, Fer.
Gue selalu ngedukung elu.”
“Makasih ya, Lin.”
Keberadaanku disini sudah mulai terancam. Tempat persembunyianku telah dicium oleh dia. Semua rasa berkecamuk, kamu pasti tahu bagaimana rasanya jika sedang terancam? Sama seperti perasaanku sekarang.
AKU INGIN BENIHMU DALAM RAHIMKU ...
“Ada yang beda dengan kebersamaan
kita, aku merasakannya” Bisikmu memeluk bibirku. Senja kali ini begitu beda
kurasa. Dia menanyakan sesuatu yang selama ini aku simpan rapat. Sesuatu yang
tak ingin seorangpun tahu, sekalipun dia.
“Kamu merasakan apa, Sayang?
Katakanlah, aku tidak ingin melihat elokmu berubah menjadi gusar” hiburku
padanya. Kulingkarkan lengan di pinggangnya, kutatap matanya lekat. Kuyakinkan dia
dan hatiku bahwa tidak ada sesuatu di bola mataku.
“Apakah kau sudah tidak ingin
bersamaku lagi?” dia menyembunyikan muka dariku. Buru-buru kulumat bibir
merahnya.
“Jangan pernah lagi kamu katakan
itu padaku, Sayang. Pegang dadaku, rasakan. Aku menyimpanmu pada jantungku,
pada kehidupanku, dan pada setiap nafasku. Jadi, selama jantungku masih
berdetak, selama nafas masih mengalir dalam tubuhku, aku ingin selalu
bersamamu. Jangan pernah kau ragukan aku.” Aku tidak menyangka dia membuatku
sepanik ini di tahun pertama pernikahan ini. Kueratkan genggamanku padanya,
suasana hening sejenak, hanya ombak yang masih menari. “Adakah yang kamu
inginkan dariku selain yang telah kau dapat?”
“Kau lebih dari cukup, Mas. Hanya
saja ijinkan aku meminta sesuatu kepadamu. Kuharap kau tak marah ataupun
kecewa.” Matanya penuh pengharapan.
“Iya sayang, apa yang kamu mau?
Kuharap aku bisa memenuhinya.” Dengan cepat aku menyahut.
Lelaki Tua dan Isteri Terakhirnya
“Juangkrikkk! Anak siapa lagi
yang ada dalam perutmu!” Di depan wanita itu, lelaki tua dengan kreteknya di
jari membuang ludah. Wanita cantik itu berbadan ramping, kulitnya sawo matang
dan berambut panjang. Usianya masih duapuluhan tahun, selisih tigapuluh tahun
dengan lelaki tua itu. Dibanding dengan ke tujuh istrinya yang lain, wanita ini
paling muda dan paling cantik.
“Untuk apa kau tanyakan itu? Apa
kau masih mampu memuaskanku?” wanita itu berlalu. Ia mengambil rokok dari dalam
tasnya, kemudian menyulutnya.
“Justeru kau yang seharusnya
memuaskanku, tengik!” lelaki tua itu bangkit dari kursinya. Mukanya memerah.
Kretek yang tinggal separuh, ia banting. Tepat mengenai lantai depan wanita itu
melepas hak tingginya.
“Untuk apa keenam istrimu?
Mengapa selalu saja aku yang kau tuntut?” dihadapan lelaki itu, wanita berdiri.
Asap rokoknya sesekali menghalangi wajah kedua orang tersebut.
“Bangsat! Wanita Keparat!” Ujung
runcing keris di genggaman lelaki itu diarahkan pada perut wanita itu.
“Jjjangannn! Ini anakmu, darah
dagingmu sendiri. Apa kau tega?” dari muka wanita itu, keringat dingin mulai
tampak.
“Benarkah ini anakku?” suara
lelaki itu melemah. Di tempatnya keris di genggaman dikembalikan. Perlahan
lelaki itu mendekat. Perut wanita yang membuncit, dielus-elusnya. “Aku tidak
percaya! Tiga bulan kau tak melayaniku” lelaki itu kembali garang.
“Kau perlu bukti apa, sayang?
Mari kita ke dalam” keringat dingin membuncah, menahan gemetar dalam raga.
“Tipu daya apalagi yang kau
gunakan, tengik! Rayuanmu sudah tak mampu lagi meluluhkan hatiku. Hahaha. Kau
pilih jujur atau ajur?!” lelaki itu kembali menodongkan keris. Kini di leher
wanita itu.
“Yakinlah, sayang. Aku mengandung
darah dagingmu. Jika masih tak kau percayai. Lihatlah tanda yang kau tinggalkan
tiga bulan yang lalu.” Lelaki itu kembali luluh.
November 2012