Archive for Februari 2013

BALADA CINTA

sumber : internet

Semburat cahaya di antara kemukus awan
Tanpa suara tanpa airmata menerjang kuasa

Badai perenggut sukma menari bangga
Gerhana benua bersanding gempa

Dongeng cinta menjelajah rela
Duka nestapa tampak oleh mata

Walau jauh tak terhitung masa
Tetap bertahan untuk yang tercinta

Edelweis penebus kata peneman cerita
Melatunkan nada kasih untuk yang tak setia

Kini tinggallah sisa-sisa peluh
Bersama senyum yang kian menjingga

ZZ - April 2012
Kamis, 21 Februari 2013
Posted by Zilian Zahra

Ketika Persahabatan Nyata


“Tinggalkan aku, Lin.”

“Gila lu ya? Sampai kapanpun gue nggak akan ninggalin elu”

“Ta ta tapi kamu tahu penyakitku sekarang kan? Aku takut kamu tertular dengan penyakitku.”

“Gue tetep nggak akan ninggalin elu, Fer. Sama persis saat elu nemenin gue sembuh dari kecanduan.”

“Sudahlah, Lin. Jangan ingat-ingat lagi hal itu. Penyakitmu bisa sembuh, tapi dokter menvonis kalo umurku sudah nggak lama lagi.”

“Fer! Pandang gue”

“Jangan dekati aku, Lin”

“Pandang mata gue! Apapun yang elu rasain, elu kudu semangat buat sembuh. Gue nggak ingin hidup lu sia-sia”

“Aku nggak kuat, Lin. Virus ini sudah bersarang di tubuhku.”

“Gue yakin elu pasti kuat, Fer. Gue selalu ngedukung elu.”

“Makasih ya, Lin.”

Keberadaanku disini sudah mulai terancam. Tempat persembunyianku telah dicium oleh dia. Semua rasa berkecamuk, kamu pasti tahu bagaimana rasanya jika sedang terancam? Sama seperti perasaanku sekarang.



Rabu, 20 Februari 2013
Posted by Zilian Zahra

AKU INGIN BENIHMU DALAM RAHIMKU ...


“Ada yang beda dengan kebersamaan kita, aku merasakannya” Bisikmu memeluk bibirku. Senja kali ini begitu beda kurasa. Dia menanyakan sesuatu yang selama ini aku simpan rapat. Sesuatu yang tak ingin seorangpun tahu, sekalipun dia.

“Kamu merasakan apa, Sayang? Katakanlah, aku tidak ingin melihat elokmu berubah menjadi gusar” hiburku padanya. Kulingkarkan lengan di pinggangnya, kutatap matanya lekat. Kuyakinkan dia dan hatiku bahwa tidak ada sesuatu di bola mataku.

“Apakah kau sudah tidak ingin bersamaku lagi?” dia menyembunyikan muka dariku. Buru-buru kulumat bibir merahnya.

“Jangan pernah lagi kamu katakan itu padaku, Sayang. Pegang dadaku, rasakan. Aku menyimpanmu pada jantungku, pada kehidupanku, dan pada setiap nafasku. Jadi, selama jantungku masih berdetak, selama nafas masih mengalir dalam tubuhku, aku ingin selalu bersamamu. Jangan pernah kau ragukan aku.” Aku tidak menyangka dia membuatku sepanik ini di tahun pertama pernikahan ini. Kueratkan genggamanku padanya, suasana hening sejenak, hanya ombak yang masih menari. “Adakah yang kamu inginkan dariku selain yang telah kau dapat?”

“Kau lebih dari cukup, Mas. Hanya saja ijinkan aku meminta sesuatu kepadamu. Kuharap kau tak marah ataupun kecewa.” Matanya penuh pengharapan.

“Iya sayang, apa yang kamu mau? Kuharap aku bisa memenuhinya.” Dengan cepat aku menyahut.

“Aku ingin benihmu dalam rahimku jadi pelengkap kebahagiaan kita”.
Selasa, 19 Februari 2013
Posted by Zilian Zahra

Lelaki Tua dan Isteri Terakhirnya


“Juangkrikkk! Anak siapa lagi yang ada dalam perutmu!” Di depan wanita itu, lelaki tua dengan kreteknya di jari membuang ludah. Wanita cantik itu berbadan ramping, kulitnya sawo matang dan berambut panjang. Usianya masih duapuluhan tahun, selisih tigapuluh tahun dengan lelaki tua itu. Dibanding dengan ke tujuh istrinya yang lain, wanita ini paling muda dan paling cantik.

“Untuk apa kau tanyakan itu? Apa kau masih mampu memuaskanku?” wanita itu berlalu. Ia mengambil rokok dari dalam tasnya, kemudian menyulutnya.

“Justeru kau yang seharusnya memuaskanku, tengik!” lelaki tua itu bangkit dari kursinya. Mukanya memerah. Kretek yang tinggal separuh, ia banting. Tepat mengenai lantai depan wanita itu melepas hak tingginya.

“Untuk apa keenam istrimu? Mengapa selalu saja aku yang kau tuntut?” dihadapan lelaki itu, wanita berdiri. Asap rokoknya sesekali menghalangi wajah kedua orang tersebut.

“Bangsat! Wanita Keparat!” Ujung runcing keris di genggaman lelaki itu diarahkan pada perut wanita itu.

“Jjjangannn! Ini anakmu, darah dagingmu sendiri. Apa kau tega?” dari muka wanita itu, keringat dingin mulai tampak.

“Benarkah ini anakku?” suara lelaki itu melemah. Di tempatnya keris di genggaman dikembalikan. Perlahan lelaki itu mendekat. Perut wanita yang membuncit, dielus-elusnya. “Aku tidak percaya! Tiga bulan kau tak melayaniku” lelaki itu kembali garang.

“Kau perlu bukti apa, sayang? Mari kita ke dalam” keringat dingin membuncah, menahan gemetar dalam raga.

“Tipu daya apalagi yang kau gunakan, tengik! Rayuanmu sudah tak mampu lagi meluluhkan hatiku. Hahaha. Kau pilih jujur atau ajur?!” lelaki itu kembali menodongkan keris. Kini di leher wanita itu.

“Yakinlah, sayang. Aku mengandung darah dagingmu. Jika masih tak kau percayai. Lihatlah tanda yang kau tinggalkan tiga bulan yang lalu.” Lelaki itu kembali luluh.

“Aaaaaa..... Ampuuunnnn....” suara teriakan wanita itu terdengar sesaat, lalu hening. Lelaki tua keluar, tidak lama setelah suara itu lenyap. Tangannya berlumuran darah. Di tangannya daging tanpa nyawa ia tenteng. Lelaki itu pergi dengan airmata.

November 2012


Selasa, 05 Februari 2013
Posted by Zilian Zahra

- Copyright © Catatan Zilian Zahra -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -