Archive for April 2013

TIGA UNTUK TIGA PERBAIKAN


Sejak kemarin, tim Jawa Tengah masih berjumlah 44 orang. Hari ketiga ini, Rabu, 10 April 2013 lengkaplah sudah tim kita menjadi 45 orang. Kehadiran Abdul Havid Zainuri perwakilan dari PMI Kab. Brebes sudah dapat hadir bergabung bersama kami. Sambutan perkenalan pada peserta lain mendapat sambutan baik dari peserta lain. Di awali oleh Mas Huda, beberapa peserta yang terlambat menyanyikan lagu “Balonku” dengan nada “Syukur”. Kemudia Mas Huda mengarahkan kita agar siap untuk melaksanakan kegiatan pada hari ini.

Oleh karena adanya peserta yang terlambat pada waktu istirahat panjang, Mas Huda memberikan inisiatif untuk melakukan makan bersama setiap waktunya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir keterlambatan peserta. Sebagai poin pertama dari tiga perbaikan untuk kegiatan ini.

“Teman-teman jika ada dua teman kita (Sofi dan Widya) tidak ada bersama kita harap maklum karena dua peserta tersebut mempunyai tugas khusus, yakni magang di dapur umum.” Poin kedua yang disampaikan Mas Huda untuk perbaikan kegiatan ini. Ya, Sofi dan Widya dipersiapkan untuk kegiatan Perkampungan Darurat dan Dapur Umum pada TKRN V mendatang.

“Mohon maklum apabila ada beberapa penggeseran tugas peserta” Mas Huda menyampaikan poin ketiga. Memang sejak kemarin ada beberapa peserta yang dirubah ploting tugasnya karena pelatih juga sedang menyeleksi kesesuaian penempatan kegiatan peserta. (ZZ)
Rabu, 10 April 2013
Posted by Zilian Zahra

HARI KEDUA HARI SEMANGAT


Sambiroto, 9 April 2013. Karantina hari kedua. Peserta telah siap di lapangan pukul 05.00 wib untuk melaksanakan senam pagi. Dengan instruktur dari perwakilan peserta, senam pagi dilakukan bersama di depan gedung Diklat PMI Provinsi Jawa Tengah. Sebagai pelopor semangat, dr. Bimo masih menjadi penyemangat di hari kedua ini. Bahkan ada peserta yang siap menjadi instruktur poco-poco untuk mengisi waktu senam.

Selesai senam, peserta diajak untuk latihan defile. Defile ditata sesuai dengan rencana semalam. Barisan pertama memerankan Prabu Kresna dan istrinya, Dewi Jembawati. Barisan kedua seorang peserta memerankan Bapak Henry Dunant, Barisan ketiga lima orang putri yang menggunakan kostum Batik carnival. Barisan keempat memerankan sebagai topeng ireng sejumlah 4 orang peserta. Barisan kelima, empat orang membawa bendera panji-panji. Barisan keenam terdapat enam orang peserta yang memainkan alat musik sebagai pengiring. Sisa dari sejumlah total 45 peserta yang tidak mempunyai peran menggunakan seragam relawan resmi dengan memakai identitas batik di pinggangnya.

Meskipun semua masih belum menggunakan kostum atau alat, peserta semangat dan antusias untuk latihan defile. “Dalam defile ini, menampilkan ciri khas Jawa Tengah. Tidak hanya menggunakan pakaian resmi saja. Hal ini dimaksudkan agar Kontingen Jawa Tengah menjadi pusat perhatian dari Kontingen lain” harapan dari pencetus, dr. Bimo di tengah candanya yang tetap terlihat serius.

Selesai sarapan, Mas Huda (biasa disapa juga dengan Mas Hoek) mengawali masuk ruangan dengan permainan kecil. Dua permainan kecil: (1) mengganti urutan tempat duduk sesuai dengan tanggal dan bulan lahir; (2) apa yang diucapkan dipegang. Permainan ini dilakukan dengan mengikuti perintah dari Mas Huda untuk memegang apa yang dia ucapkan di sekitar wajah kemudian merubahnya sesuai dengan instruksi. Hasil yang diharapkan, peserta mampu berkomunikasi dengan baik dengan peserta lain, disiplin, rela, tidak egois, melatih konsentrasi, koordinasi dan ingatan yang muaranya adalah untuk merubah kebiasaan agar dalam kegiatannya nanti peserta dapat berinteraksi baik dengan yang lain salam satu kontingen.
“Jangan lupa jam harus disamakan dengan ruangan dan membiasakan diri memakai tanda pengenal” Pesan yang harus diingat oleh peserta dari Mas Huda selaku panitia bagian kedisiplinan.

Pagi ini ada 5 peserta yang terlambat, sebelum dipersilahkan duduk mereka bersama diwajibkan untuk menyanyi di depan. Setelah semua duduk, Mas Edi tampil dengan mebagikan kertas kosong untuk diisi dengan beberapa jawaban dari pertanyaan yang disampaikan Mas Edi. Kemudian dibagi menjadi 6 kelompok untuk didiskusikan. Semangat peserta semakin tampak ketika hasil diskusi disampaikan di depan, pertanyaan seputar kepalangmerahan mendapat respon dari seluruh peserta.

Selesai melaksanakan semua itu, waktunya panitia mengumumkan pembagian kegiatan. Setelah terbagi, peserta menuju ke masing-masing pendamping untuk mengikuti pendalaman materi. (ZZ)
Selasa, 09 April 2013
Posted by Zilian Zahra

PESIMIS IS ME #2


Yap! Hari kedua ini berjalan dengan PESIMIS (lagi). Selasa, 9 April 2013. Aku menyadari banyak kekuranganku, bahkan jika bisa, aku akan mengakhiri semuanya pada hari ini. apalah arti aku disini jika tidak mampu melakukan apapun?

Pagi ini aku sudah cukup optimis untuk diikutkan menjadi tim peserta lomba. Ketika pengumuman dilaksanakan, aku merasa out of qualification. Saat itu juga wajah kulipat, hanya mampu berteriak dalam hati, AKU MEMANG KURANG! AKU MEMANG KURANG! AKU MEMANG KURANG!

Keistimewaan tak ku rasa dalam diriku, ingin sekali pergi, hilang dan lenyap. Apa dayaku. Aku tak mampu. Ketika aku semakin terpuruk, aku semakin tahu bahwa aku tak mampu, aku yakin PESIMIS IS ME. Hari kedua masih pesimis.
Posted by Zilian Zahra

ADA KEAKRABAN DI MALAM PERTAMA (8/4/2013)


Kami, dari berbagai daerah berkumpul membentuk keakraban. Dr. Bimo lah provokatornya. Tidak terasa begitu cepat keakraban ini terjalin. Hanya dengan permainan kertas berwarna dan nyanyi bersama. Saling sapa walau kadang tidak ingat nama, belajar, bermain bersama. Sepertinya ini harapan dari semua pelatih kontingen. Ya! Kami disiapkan untuk mengikuti TKRN V yang akan diselenggarakan di Selorejo, Malang Jatim. 23-30 Juni 2013.

Dengan canda dan kocaknya dr. Bimo mampu mengantarkan peserta untuk berpikir cepat, tanggap, dan siap sedia. Gayanya yang nyeleneh membuat peserta tertawa dan menyahut. Riwayat beliau di Palang Merah Indonesia ternyata tidak diragukan lagi. Dari Jumbara dan Temu Karya tahun ke tahun, beliau adalah salah satu yang mengantarkan kepada kesuksesan sehingga PMI Provinsi Jawa Tengah mendapatkan prestasi yang memuaskan.

“dr. Bimo itu GURU dari masa ke masa. waGU tur saRU” canda tawa dari Pak Sasongko, Ketua PMI Provinsi Jawa Tengah ketika pembukaan kegiatan ini. “Harapannya untuk kegiatan ini, Jawa Tengah mampu mendapatkan prestasi. Juara 1 adalah hal biasa bagi Jawa Tengah, tapi tidak menutup kemungkinan kita meraihnya kembali.” Lanjut Pak Sas.

dr. Bimo sendiri yang sekarang minta dipanggil Eyang Subur daripada Eyang Kakung mengharapkan dalam gelak candanya sempat nyeletuk bahwa kita harus bisa mengecewakan. Mengecewakan kontingen lain dengan prestasi kita.

Sambutan istimewa juga dari para pelatih yang berjumlah 17 orang, yakni Mbak Wuri, Mbak Ute, Mbak Ifah, dr. Iswara, Mbak Wiwik, Mas Danang, Mas Budi, Mas Nashir, Mas Handoko, dan Mbak Rinut dari unsur PMI Provinsi Jateng, Mas Edi dari banjarnegara, Mas Yoyok dari Purworejo, Mbak Martini dari Wonogiri, Mbak Nung dari Salatiga, Mas Wanto dari Surakarta, Mas Hoek dari Demak dan Mas Tito dari Semarang. Mereka memperkenalkan diri dengan gaya akrabnya. Sehingga bagi peserta mudah dan cepat untuk dapat berbaur dengan pelatih.

Hingga malam hari, dengan fasilitas alat musik seperti Gitar dan Kendang peserta bernyanyi bersama selepas kegiatan usai. Ada keakraban di malam pertama hingga jam malam usai. (Zilian Zahra)
Posted by Zilian Zahra

PESIMIS IS ME #1

Sambiroto, 8 April 2013.
Untuk yang kelima kalinya aku menginjakkan kaki di tanah ini. Kawah Candradimuka. Ya, mudah kuucap. Karena disini tempat aku mendapatkan pengalaman banyak hal tentang PMI. Sekarang, aku disini mengikuti kegiatan Pemusatan Latihan Kontingen PMI Provinsi Jawa Tengah dalam Temu Karya Nasional V dari 8-13 April 2013.

Hari pertama, Semarang cukup indah untuk kukunjungi. Si Merah menjadi teman setia perjalanan. Menyapa teman-teman yang sudah banyak yang tidak asing bagi penglihatanku. Sebagian ada pula yang belum kukenali. Aku yakin semua orang hebat, semua orang-orang pilihan yang dikirim untuk mewakili daerahnya.

AKU??? Pertanyaan besar melanda otak dan hatiku. PESIMIS! Itu yang menempel pada diriku sejak dua hari sebelum aku hadir disini. Aku ngerasa tak ada yang mampu aku penuhi dalam kriteria ini. Terbukti! Kepalangmerahan hanya beberapa yang bisa aku jawab. Best Practise >_< apa ituwh??? Untung aku tesnya bareng sama Ocha, KSR dari PMI Kab. Banyumas. PPP... oh my God aku baru denger dan tahu. Och,,, kepanjangannya lupa L. Manajemen Bencana, ada dua pos yang harus aku lewati. Walhasil, aku nyerah dan pasrah. Lanjut ke KBBM Pertama, aku berusaha semakin jujur. Aku belum tahu. PP akrab sebutan dari Pertolongan Pertama dan PK atau Pertolongan Keluarga, Ambulans??? Ahhh! Apakah aku ini menjadi orang yang kurang beruntung? Dan KPPBM pun nggak jauh beda. Juga Promosi Kesehatan dan Watsan. Apa yang aku katakan, terbukti ya terbukti.

Rasanya pengin mundur, aku pengin pulang. Tapi teman-teman menguatkan semangatku! Aku tidak boleh pesimis! Aku harus optimis. Karena semua ini bukan hanya untuk aku, tapi untuk PMI Kota Pekalongan. Aku harus menciptakan citra baik PMI Kota Pekalongan, tapi ini yang ku mampu. Belum belajar? Iya. Apakah tidak ada waktu untuk belajar? Tidak. Kenapa? Banyak sekali yang harus aku kerjakan dan fikirkan hingga tidak kusediakan rongga untuk belajar.

Aku sadar, ini hanya permulaan. Sungguh-sungguh yang aku inginkan. Sekali lagi PESIMIS is ME. But, untuk PMI Kota Pekalongan OPTIMIS will be right. Hari Pertama terselesaikan dengan indah. Aktivitas baru dan apapun yang baru kutemui. Untukku semangat harus ada. (Zilian Zahra)
Posted by Zilian Zahra

SENJA PERPISAHAN ITU



by. Zilian Zahra

“Sudah kangen-kangenannya?” lima belas Desember dua ribu sebelas kali pertama sebelum perkenalan kata itu muncul. Sosok cantik itu seperti tidak rela pertemuan ini terjadi. Seolah dia takut aku merebutmu dari pelukannya. Saat itu, tangan menjabat acuh padaku, sosok cantik disebelahmu menampakkan mata api.

Hanya pertemuan sesaat lalu, diantara mobil dan deretan motor yang terparkir rapi. Penjual-penjual menyambut hangat lalu. Diantara mereka, orang lalu lalang, bersandar, berkerumun. Aku, dia dan perempuan itu berjalan. Dalam hati rindu memburu dan terobati

“Aku tidak akan merebut milikmu, aku hanya mengakhirkan rindu.” bisikku dalam hati.

Tak banyak yang kulakukan, sejenak berhenti, membasahi kerongkongan kering. Aku bergumul dalam waktu. Menikmati segelas jus tomat pelepas perih. Aku melihatmu asik mesra dengannya. Aku cemburu, namun aku berhasil menyembunyikannya. Tarian dan nyanyian iringi duka perpisahan, menghiburku.


“Aku ingin melihatmu di pelaminan” itu kata terakhirmu untukku. Entah apa yang ada di benakmu. Aku menginginkanmu, bukan berarti aku harus mendapatkanmu. Tapi cinta ini ada untukmu. Perpisahan ini kujadikan prasasti di antara bilik-bilik kerinduan yang harus kubuang lepas jauh. Aku tak inginkan perpisahan ini, namun aku tak dapat mengelak kehendak. Aku pasrah, aku rela dalam senja yang menutup pertemuan kita.

Kita berlari, mengejar waktu yang akan tertutup, habis termakan keegoan kita sendiri. Mungkin selamanya kita tidak akan bisa bersama, selamanya waktu mengutuk kita untuk berpisah. Kita masih saja berlari melewati kepulan asap rokok yang mengaburkan senyum kita. Gadis cantik yang manja bersamamu, tak pernah mau lepas dari pelukmu.

Di perempatan kita berpisah, pertemuan terakhir dan perpisahan. Kini tak lagi kutemui sosokmu yang kunanti dan kurindu. Entah kau masih merinduku atau telah lupa adaku.
Jumat, 05 April 2013
Posted by Zilian Zahra

KAU KINI (HILANG) DALAM KENANGAN


By : Zilian Zahra

Siapa lagi yang mau mengais sampah sepertiku? Jika dia tahu, aku tidak hanya sampah yang telah terbuang. Aku lebih dari itu, hanya saja banyak orang yang tidak mengerti. Kecuali KAU! Setelah Tuhan, kau tahu semua tentang aku. Terlebih tentang kondisi perutku yang semakin membuncit. Aku tidak menyalahkanmu, tidak pula aku menuntut tanggungjawab darimu. Hanya saja aku ingin kau yang menemaniku. Ketika proses pembedahan akan dimulai hingga akhir usiaku. Karena aku yakin, kau mampu mengertiku. Tuhan yang telah mengirimmu untuk merawatku. Tumor ini hanya ujian Tuhan, seberapa kuat aku tanpamu.

Melihat rautmu, sepertinya kau keberatan menerima permintaanku. Ya, aku tahu kau juga ingin hidup bahagia dengan lelaki sehat, tidak sepertiku. Namun berilah aku kesempatan untuk bahagia. Kau pun tahu, jika aku meminta hal ini kepadanya, dia pasti akan setuju. Dan dia akan rela menghabiskan sisa umurnya untukku. Tetapi, apakah dia akan bisa sepertimu? Kau bilang ini takdir, dan hidupmu adalah pilihanmu. Aku tidak menyalahkan jika memang permintaanku terlalu berat untukmu. Banyak kisah yang telah kita rajut bersama.

Masih ingatkah setiap pertemuan kita? Kau tertawa gembira menyambutku. Kita saling berpeluk mesra. Kukecup keningmu dan kau membalasnya, di taman bunga kota kita.
“Apa kau tak pernah bosan merindukanku setiap hari?” wajahmu manja menanyakan hal ini.
Kujawab “Aku akan bosan merindukanmu esok hari” kulihat kau mengernyitkan dahi, entah apa yang membuatmu demikian.

Waktu terus berjalan, pertanyaan yang sama selalu kau lontarkan ketika aku berkata kangen padamu. Kau tahu? Aku mencintaimu seperti aku merawat kuku. Jadi jangan pernah khawatir aku meninggalkanmu. Namun keadaan telah berubah.

“Maaf aku ingin pergi darimu” Duar!!! Serasa petir menyambar, tiba-tiba kau ucapkan itu.
“Kenapa? Adakah yang keliru dalam hubungan kita?”
“Aku sudah tidak mampu lagi bersamamu”
“Apa yang membuatmu tidak mampu, bukankah kau inginkan aku tidak mundur? Tapi kenapa kau yang mundur?”
“Mundur bukan berarti kau hilang semangat, ada makna lain yang lebih dalam dari itu”
Aku hilang arah, aku hilang semangat. Kau katakan hal itu ketika aku tak seperti dulu lagi. Aku mengidap penyakit. Aku tampak tua karena perut buncit ini.

Argh! Masih saja kuingat keindahan bersamamu. Ketika perutku mulai buncit, kau pikir ini karena cacing dalam perutku semakin banyak. Kau belikan aku obat cacing, tak ada perubahan. Tiap hari saat kita bertemu, kau yang mengoleskan minyak untuk perutku. Berharap lekas sembuh. Masih ada canda tawa menyertai. Sesekali kau bercerita tentang hal yang konyol, aku tidak tertawa, kau marah lalu menciumku.

Semakin besar perut ini, semakin besar pula ketidakhadiranmu disisiku. Kau bilang sibuk, banyak yang harus dikerjakan. Aku memaklumi, apalagi saat kamar serba putih jadi tempat tidurku. Pernah sekali kau datang membawakan bunga dan meninggalkan ciuman. Ternyata itu saat terakhirku bertemu denganmu. Kau inginkan perpisahan ini terjadi. Apa yang kini kurasakan, tak ada yang pergi lalu datang lagi, tak kudengar bibir manismu menyanyi lagu-lagu kemesraan kita. Tak kurasa lagi hangat peluk disini, tak ku dapat lagi belai kasih disini. Waktu terus berlalu membawa diriku dalam suka dalam duka menangis dan tertawa, tak ku dengar lagi suara tawa disini. Jauh sudah dari semua tentangmu. Ada bagian yang hilang dalam hidupku.
sumber : Internet
Kamis, 04 April 2013
Posted by Zilian Zahra

- Copyright © Catatan Zilian Zahra -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -