Posted by : Zilian Zahra Selasa, 19 Februari 2013


“Ada yang beda dengan kebersamaan kita, aku merasakannya” Bisikmu memeluk bibirku. Senja kali ini begitu beda kurasa. Dia menanyakan sesuatu yang selama ini aku simpan rapat. Sesuatu yang tak ingin seorangpun tahu, sekalipun dia.

“Kamu merasakan apa, Sayang? Katakanlah, aku tidak ingin melihat elokmu berubah menjadi gusar” hiburku padanya. Kulingkarkan lengan di pinggangnya, kutatap matanya lekat. Kuyakinkan dia dan hatiku bahwa tidak ada sesuatu di bola mataku.

“Apakah kau sudah tidak ingin bersamaku lagi?” dia menyembunyikan muka dariku. Buru-buru kulumat bibir merahnya.

“Jangan pernah lagi kamu katakan itu padaku, Sayang. Pegang dadaku, rasakan. Aku menyimpanmu pada jantungku, pada kehidupanku, dan pada setiap nafasku. Jadi, selama jantungku masih berdetak, selama nafas masih mengalir dalam tubuhku, aku ingin selalu bersamamu. Jangan pernah kau ragukan aku.” Aku tidak menyangka dia membuatku sepanik ini di tahun pertama pernikahan ini. Kueratkan genggamanku padanya, suasana hening sejenak, hanya ombak yang masih menari. “Adakah yang kamu inginkan dariku selain yang telah kau dapat?”

“Kau lebih dari cukup, Mas. Hanya saja ijinkan aku meminta sesuatu kepadamu. Kuharap kau tak marah ataupun kecewa.” Matanya penuh pengharapan.

“Iya sayang, apa yang kamu mau? Kuharap aku bisa memenuhinya.” Dengan cepat aku menyahut.

“Aku ingin benihmu dalam rahimku jadi pelengkap kebahagiaan kita”.

- Copyright © Catatan Zilian Zahra -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -