Posted by : Zilian Zahra Sabtu, 12 Februari 2011

Ya! bagiku kata-kata itu patut diberikan untuk beliau. Tak kulebihkan dan tak kukurangi. Bagiku ia sungguh istimewa, anugerah terindah dari Tuhan aku diperkenalkan dengan orang seperti beliau. Walau perkenalanku lewat dunia maya aku tetap bersyukur. Orang sehebat dia masih mau berkenalan dengan aku yang notabene bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa.

Bermula dari ketertarikanku dengan tulisannya yang renyah dan bersahabat waktu ia masih bekerja di harian Suara Merdeka, aku berkesimpulan pendek bahwa orangnya pasti bersahabat dan waktu itu aku menyebutnya “gaul”. Hal ini dibuktikan dengan pengasuhannya di 'Geng Kantin Banget'nya Suara Merdeka yang menurutku memberikan wawasan dan pengalaman mendidik bagi remaja. Pengen rasanya waktu itu gabung, namun aku belum berpenghasilan (emang sekarang udah?he..) dan jauh dari kotaku. Selain itu, kolom yang membahas tentang cerpen kemudian dilanjut puisi juga berbahasa remaja dan mudah di pahami.

BUDI MARYONO. Ya! Itulah namanya tanpa menyebutkan titel kuliahnya. Sungguh ia tidak ingin menyombongkan titel yang ia miliki (teladan yang kutemukan darinya). Manusia unik yang kukenal mempunyai 2 tanggal lahir. Mempunyai isteri dan tiga anak yang istimewa. Di mataku, mereka adalah keluarga yang harmonis dan demokratis. Walaupun aku belum pernah bertemu mereka (isteri dan anak-anaknya) namun aku dapat merasakannya dari tulisan Om2 di blognya (siluetbulanluka.blogspot.com). Pribadi yang mampu mengemas emosinya menjadi keramahan.

Aku sama sekali tidak menyangka akan dapat bertemu beliau, bukan di dunia maya tapi di dunia nyata. Huft... tidak seperti apa yang aku pikirkan sebelumnya. Ia datang dengan berpakaian biasa, bukan seperti seorang penulis ataupun seniman. Mungkin orang yang belum pernah melihat ia di foto atau bertemu pasti tidak akan mengira bahwa ia adalah sosok Budi Maryono. Seorang penyemangatku untuk menulis yang bukan hanya untuk pribadi namun tulisan yang bisa dibaca oleh orang lain. Rasa deg-deg an waktu itu menghampiri ketika sosoknya muncul. Akankah ia mengenaliku ataukah malahan sama sekali lupa akan aku dan janji pertemuan waktu itu. Semua perkiraanku keliru, uluran tangannya membuatku malu, Argh... kenapa tidak aku dulu yang menyalaminya? (aku pikir ia tidak akan menyalamiku, jadi ku wakili saja dengan sapaan).

Seiring berjalannya waktu dan temanku Muji Sasmito yang ikut membantu menghilangkan rasa minderku ketika bertemu Om2. Sekali lagi aku bertemu dengan sosoknya. Tampak muda kala itu dengan jaket dan celana jin nya yang terkesan familiar. Tak lama, hanya beberapa menit saja, namun aku sempat mencium auranya. Aura semangat untuk terus berkarya, aura kebersahajaannya. Genggamannya masih pada kertas berisi tulisannya yang waktu itu akan dibacakan, aku masih ingat cerita itu, tentang pengalaman di dalam bus. Namun tak sempat aku menyaksikan, galau namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Di sela-sela kesibukannya, ia masih menyempatkan waktu untuk menemuiku. Aku terharu.

Aku semakin merasa yakin dan bersemangat untuk bangkit dari keterpurukanku kala itu ketika aku semakin mengenalnya lewat dunia maya. Menjadi kepala keluarga yang adil, menjadi Bapak untuk anak-anaknya, penulis yang disibukkan dengan apa yang akan ia tulis, melayani fans-fans nya seperti aku ini, karena aku yakin tidak hanya aku saja yang mengidolakannya, dan kesibukannya yang harus mengais waktunya. Ia bagi dengan rapi. Tak salah jika aku menganggap ia bukan om2 biasa.

Perjalanan hidupnya (yang sebagian aku tahu dari Muji) patut dijadikan teladan, tak banyak orang yang bisa seperti beliau. Banyak kutemui pula jalan yang aku inginkan namun belum kuketahui, terjawab dari apa yang aku ketahui tentang beliau. Sekali lagi kukatakan ia bukan om2 biasa yang hanya lihai dalam menulis, atau yang hanya baik dalam tulisannya. Namun sosoknya akan abadi menemani ceritaku dan kujadikan cermin kehidupanku, bukan hanya cermin tulisanku. Tak akan ada hentinya aku ingin belajar banyak dari sosoknya, bukan hanya tulisannya namun jiwanya.
Kau bukan om2 biasa
yang sempat aku temui
kau begitu istimewa
di mata dan hati
dalam hadirmu kutemui rasa
dalam rindu kutemui ada
dalam hidup kutemui cinta
dalam hariku kutemui asa
kau bukan om2 biasa
yang sekejap lalu hinggap
namun kau gambaran manusia
yang tak terlena oleh lelap
jiwamu membayang
mengambang di balik egoku
yang smakin lama kian lalu
merangkul bayang dan asa cinta

Seribu kata tak dapat mewakili apa yang aku rasa tentangnya, tulisan tentang ia pun belum sempurna. Hanya dapat kurasa ikhlasnya dan senyumnya yang ia tebarkan dalam cakrawala dunia. Penggugah gairah manusia yang lapar dan haus untuk makan dan minum dalam istana termegah yang ingin kujamah lewat kata-katanya.

Pekalongan, 08 Maret 2010

* tulisan tak sempurna ini aku buat untuk seseorang yang tak pernah mati menyampaikan ilmu untukku dan untuk umat manusia, Budi Maryono.

- Copyright © Catatan Zilian Zahra -Metrominimalist- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -